Terkadang, disaat kita dipertemukan oleh sebuah pilihan. Antara pergi atau tinggal, hati pun akan bersikeras untuk tinggal. Tinggal untuk menanti, menunggu sang pujaan hati. Mau logika yang menjunjung tinggi sebuah realita, namun perasaan tak pernah salah.
Terlalu banyak kesalahpahaman antara kita tentang menunggu. Menunggu bukan berarti kita dipersilahkan oleh semesta untuk melakukan segalanya untuk kesenangan kita. Memberi hati kita untuk orang yang bukan kita cintai. Mencari pelarian atas kesendirian yang melanda. Atas rasa kasih sayang yang tak pernah tersampaikan. Tetapi, mempersiapkan kebahagian kekal untuk sang pejuaan hati, menjaga hati walaupun tak diakui. Sahabatku pernah berkata, "tak ada salahnya untuk mencoba, mempersilahkan hati untuk wanita yang menyerahkan dirinya untuk kita.". Sungguh, wanita yang beruntung . Walaupun sunggu berat tuas pintu ini, tapi ini adalah sebuah langkah pendewasaan. Dan hingga momen itu datang menghampiri. Aku sebagai pria yang beruntung dapat mengenalmu. Diriku kan menanti engkau mengetuk pintu yang ku jaga ini, saling menyapa dan bercerita tentang petualangan cintamu dan cintaku. Dengan pandangan indahmu. Aku kan menunggu, bukan untuk bermain hati. Tetapi, untuk membangun maligai kebahagian kita berdua. Dan diriku percaya, bahwa tak ada yang percuma. Karna, menunggu tak sesederhana itu.
0 Comments
|