Apakah anda pernah merasakan mati rasa?
Ketika kita dipilihkan untuk menciptakan rasa, Terhadap seseorang yang ingin kita miliki. Yang tidak pernah kira rasakan sebelumnya. Serasa seluruh semesta tertuju pada rasa ini. Mengusahakan rasa yang tak dapat kita pahami -- Berusaha untuk merealisasikan. Tapi bagaimana? Diriku telah mati rasa. Jujur, saya pernah merasakan ini. Dengan wanita yang istimewa -- Sebelumnya. Yang dapat membuat seluruh raga ini tak bergerak, Gugup, Tak kuat. Saya pun setidaknya pernah mengusahakan -- Akan rasa yang aneh ini. Terobsesi oleh rasa. Tapi percuma, dilihat pun tidak. Saya mati rasa. Dan dirimu datang. Memberi rasa yang matang. Namun, saya sudah tidak pantang, Untuk menerima ini sekarang. Saya sedang mati rasa. Cinta memang menciptakan berjuta rasa. Sakit hati pun dapat membuat hancur semua rasa. Hingga kecewa menutup segala rasa. " Saya telah membunuh rasa, mati tanpa rasa. "
0 Comments
Kau tau?
Kuyakin kamu tak tau. Biar kuberi tau, Kamu indah. Beruntung, hanya aku yang tau. Kalau semua lelaki tau, Bagaimana bentuk rupamu. Mereka semua akan mati olehku. Ada satu hal lagi yang perlu kamu tau. Bahwa diriku -- Selalu menggerutu, Ketika melihatmu Dan tak punya malu. Ya, itulah aku. Yang terobsesi oleh dirimu. Dan hanya dapat mengaggumimu, Dari jauh. Terlahir diriku kedalam sebuah realita dunia.
Terpaksa untuk menjalaninya, Tanpa bisa memilih. Penjara kehidupan. Tak pernah dalam satu kata pun, Diriku mengenal diriku. Seutuhnya. Dengan segala kepalsuan. Mereka berkata, kita memiliki hak Hak untuk memilih Menentukan jalan hidup kita Yang pada dasarnya, Kita sudah diikat sejak lahir Lalu, buat apa? Setengah kehidupanku telah direnggut, Oleh kediktatoran kehidupan. Kuinginkan kebebasan, Dalam merasakan kemanusiaan. Memanusiakan manusia. Tapi diriku hanya setengah manusia, Yang tidak pernah menemukan sisanya. Dan sadarlah diriku, Bahwa kebebasan hanya sebuah ide. Fatamorgana kehidupan. Jadi, kita hidup untuk apa? Pencarian kebohongan. Sungguh ironi. |